BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Amphibia
merupakan suatu class hewan vertebrata yang paling primitif. Spesies dari
Amphibia yang masih eksis hingga sekarang termasuk dalam 3 kelompok yaitu
Salamander (Urodela), Caecilian (Gymnophiona) dan Anura. Lebih dari 4600
spesies dari Amphibia dan masing-masing spesies memiliki perbedaan dalam bentuk
tubuh, ukuran, ekologi serta tingkah lakunya Amphibia merupakan hewan yang
memiliki kelembaban kulit cukup tinggi, kulit tidak ditutupi oleh rambut serta
memiliki kemampuan hidup di air maupun di darat. Amphibia berasal dari bahasa
Yunani yaitu Amphi yang berarti rangkap dan Bios yang berarti hidup. Karena itu
Amphibia diartikan sebagai hewan yang mempunyai dua bentuk kehidupan yaitu di
darat dan di air. Pada umumnya, Amphibia mempunyai siklus hidup awal di
perairan dan siklus hidup kedua adalah di daratan
Pada fase
berudu Amphibia hidup di perairan dan bernafas dengan insang. Pada fase ini
berudu bergerak menggunakan ekor. Pada fase dewasa hidup di darat dan bernafas
dengan paru-paru. Pada fase dewasa ini Amphibia bergerak dengan kaki. Perubahan
cara bernafas yang seiring dengan peralihan kehidupan dari perairan ke daratan
menyebabkan hilangnya insang dan rangka insang lama kelamaan menghilang.
Tingkat
penguapan yang tinggi pada Amphibia sangat membatasi aktivitas mereka. Amphibia
akan aktif hanya pada saat tingkat kelembaban tinggi dan kecepatan bertiup
angin rendah sehingga tekanan evaporasi akan berkurang. Maka dari itu, sebagian
besar Amphibia hanya aktif pada malam hari (terutama ketika hujan di malam
hari).
Permeabilitas
terhadap air juga memiliki peranan lain yang dapat mendukung kemampuan bertahan
hidup dalam habitat yang kering seperti gurun. Amphibia tidak meminum air akan
tetapi mereka menyerap air melalui kulit sehingga mereka bisa memperoleh air
dari tanah yang lembab. Katak, kodok dan Salamander yang hidup di gurun
menghabiskan waktu berbulan-bulan di dalam liang bawah tanah dan mengambil air
dari tanah yang ada di sekitarnya untuk menjaga kestabilan air di dalam
tubuhnya. Gurun tidak menyediakan air yang cukup untuk Amphibia sehingga jika
mereka tidak memiliki kulit yang permeable terhadap air, mereka tidak akan
dapat bertahan di habitat seperti ini
Amphibia di
alam menempati berbagai tipe habitat, sehingga Amphibia dapat dikelompokkan
berdasarkan habitat dan kebiasaannya antara lain:
1. Terestrial : hidup di atas permukaan
tanah.
2. Arboreal : kelompok yang hidup di
atas pohon.
3. Akuatik : kelompok yang sepanjang
hidupnya selalu terdapat di sekitar badan air.
4. Fossorial : kelompok yang hidup di
dalam lubang-lubang tanah.
Para
Herpetologis telah mengenal lebih dari 4000 spesies Amphibia dan terdiri dari 3
kelompok utama yaitu katak dan kodok (Anura), Salamander (Urodela), dan
Caecilian (Apoda). Katak dan kodok merupakan Amphibia yang paling melimpah
dimana terdapat lebih dari 3500 spesies
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana
karakteristik amphibia
2. Di
manakah habitat amphibia
3. Bagaimanakah
struktur eksternal amphibian
4. Bagaimanakah
system internal amphibian
5. Bagaimana
relasi amphibian dengan manusia
BAB II
PEMBAHASAN
1. Karakteristik
Amphibia
Amphibia
merupakan suatu kelas hewan bertulang belakang (vertebrata) yang mencakup hewan
salamander, cacing, kodok, dan bangkong. Istilah ampibhia berarti “kehidupan
rangkap”, yaitu kehidupan yang menyangkut cara hidup hewan ini di air maupun di
darat. Perbedaan antara amphibia dan reptilia sebagai kerabat terdekatnya,
terletak pada kulitnya yang lembut, basah dan tidak tertutup oleh apa – apa
serta kulit telurnya yang tidak terdiri atas kulit yang keras dan lentur yang
dapat mencegah telur jadi kering. Oleh karena itu telur amphibia hanya dapat
hidup di air atau di tempat basah. Kita mengenal kira – kira 3000 spesies
amphibia yang msih hidup yang dapat dibagi menjadi 3 ordo yaitu : pertama,
Apoda atau salamander cacing (kira – kira 150 spesies) yang “bagian besar masa
hidupnya ada dalam tanah; kedua, Cudata atau salamander (250 spesies); dan
ketiga, Anura atau kodok dan bangkong (2600 spesies) yang kaki belakangnya
panjang. Sesuai dengan kebiasaannya untuk melompat.
Amphibia
adalah hewan berdarah dingin yang mampu menyesuaikan cara hidupnya dengan
lingkungan. Di daerah beriklim sedang, bila musim dingin tiba, hewan ini
bersembunyi di mana saja, misalnya mengubur diri dalam lumpur parit, dikubanan
atau di tanah yang basah di antara batu – batuan. Selama tidur pada waktu musim
dingin, hewan ini tidak makan, dan sedikit pertukaran udara yang dibutuhkannya,
yang berlangsung melalui kulitnya.
Semua
amphibia dewasa adalah pemakan daging, tetapi karena hewan ini relatif kecil,
makanannya terutama terdiri atas serangga atau hewan kecil lainnya yang tidak
bertulang belakang. Kodok dan bangkong yang besar juga makan hewan seperti
tikus, dan lain – lain. Amphibia sendiri merupakan mangsa yang empuk bagi hewan
lain, dan musuh utamanya adalah: burung, ular dan beberapa mamalia, sedangkan
telur dan larvanya merupakan mangsa bagi ikan dan hewan air lainnya.
Walaupun
angota – anggotanya mempunyai 2 fase kehidupan yaitu fase kehidupan di air dan
fase kehidupan di darat. Adanya perpindahan habitat tersebut menyebabkan
terjadinya perubahan pola – pola untuk penyesuaian hidup pada lingkungan air
dan daratan. Pada saat hidup di air, anggota amphibia bernafas dengan insang
dan bergerak dengan cara berenang. Setelah indah ke habitat darat
dikembangkanlah kaki sebagai alat gerak, paru – paru untuk bernafas sebagai
pengganti insang dan nares (nostril – lubang hidung) untuk pengambilan gas –
gas pernafasan.
Ciri – Ciri
Amphibia
Adapun
ciri-ciri umum anggota amphibia adalah sebagai berikut:
- Memilliki anggota gerak yang secara anamotis pentadactylus, kecuali pada apoda yang anggota geraknya terduksi.
- Tidak memiliki kuku dan cakar, tetapi ada beberapa anggota amphibia yang pada ujung jarinya mengalami penandukan membentuk kuku dan cakar, contoh Xenopus sp.
- Kulit memiliki dua kelenjar yaitu kelenjar mukosa dan atau kelenjar berbintil ( biasanya beracun).
- Pernafasan dengan insang, kulit, paru-paru.
- Mempunyai sistem pendengaran, yaitu berupa saluran auditory dan dikenal dengan tympanum.
- Mempunyai struktur gigi, yaitu gigi maxilla dan gigi
- Merupakan hewan poikiloterm.
- Memiliki dua pasang kaki untuk berjalan atau berenang dengan 4 – 5 jari atau lebih sedikit dan bersirip.
- Amphibia mempunyai 2 lubang hidung yang berhubungan dengan rongga mulut. Pada lubang hidung tertentu terdapat klep yang mencegah masuknya air pada saat hewan tersebut berada di dalam air.
- Mata amphibia berkelopak dan kelopak tersebut dapat digerakkan.Mulut amphibi bergigi dan berlidah (lidahnya dapat dijulurkan pada saat menangkap mangsa).
- Rangka tubuh amphibi sebagian besar tersusun atas tulang keras, tengkoraknya memiliki due kondil. Apabila, amphibi bertulang rusuk maka tulang rusuk tersebut tidak menempel pada tulang dada.
- Jantung amphibi terbagi atas tiga ruang (2 atrium dan 1 ventrikel) dan memiliki satu pasang atau tiga pasang lengkung aorta, sel darah merahnya berbentuk oval dan berinti. Selain dengan paru – paru, amphibi dewasa bernafas dengan kulit dan selaput rongga mulut.
- Otak amphibi memiliki 10 pasang saraf kranialis.
- Amphibi melakukan fertilisasi eksternal atau internal, kebanyakan anggotanya bertelur (ovipar). Telur mempunyai kuning telur dan terbungkus zat gelatin.
- Mengalami metamorfosis sempurna dalam siklus hidupnya.
Amphibia
merupakan tetrapoda atau vertebrate darat yang paling rendah. Amphibia tidak
diragukan lagi berasal dari satu nenek moyang dengan ikan, mungkin hal itu
terjadi pada zaman devon. Transisi dari air ke darat tampak pada :
a.
Modifikasi tubuh untuk dapat berjalan di darat, di samping masih memiliki
kemampuan berenang dalam air.
b. Tumbuhnya
kaki sebagai pengganti beberapa pasang sirip.
c. Merubah
kulit hingga memungkinkan menghadapi suasana udara.
d.
Penggantian insang oleh paru – paru.
e. Merubah
sistem sirkulasi untuk keperluan respirasi dengan paru – paru dan kulit.
f. Alat
sensorisnya memiliki fungsi di udara maupun di air.
2. Habitat dan Persebaran
Amphibi
muncul pada pertengahan periode Jura, pra era Paleozoik sebagai vertebrata yang
tertua. Kebanyakan Amfibi adalah hewan tropis, karena sifatnya yang poikiloterm
atau berdarah dingin. Amphibi memerlukan sinar matahari untuk mendapatkan panas
ke tubuhnya, karena tidak bisa memproduksi panas sendiri. Oleh karena itu
banyak amphibi yang ditemukan di wilatah tropis dan sub tropis, termasuk di
seluruh indonesia.
Amphibi
umumnya merupakan makhluk semi akuatik, yang hidup di darat pada daerah yang
terdapat air tawar yang tenang dan dangkal. Tetapi ada juga amphibi yang hidup
di pohon sejak lahir sampai mati, dan ada juga yang hidup di air sepanjang
hidupnya. Amphibi banyak ditemukan di areal sawah, daerah sekitar sungai, rawa,
kolam, bahkan di lingkungan perumahan pun bisa ditemukan.
3. Struktur Dan Fungsi
Pada kepala
terdapat : rims oris yang lebar untuk masuknya makanan, nares externs mempunyai
peranan dalam pernafasan, sepasang arganon visus (mata) yang bulat. Di belakang
mata terdapat membrane tympani untuk menerima getaran suara. Pada akhir tubuh
terdapat anus yang berfungsi sebagai pintu pelepas faeces, urine dan sel
kelamin.
Extremitas
muka yang berupa kaki atau tangan berukuran pendek, terdiri atas : brachium
(lengan atas) yang berupa humerus, antibracium (lengan bawah) yang berupa
radioulna, carpus (pergelangan tangan), menus (telapak tangan) yang terdiri
atas metacarpus dan phalangus (jari – jari); pada telapak tangan terdapat palm,
di bawah jari pada hewan jantan terdapat penebalan terutama pada musim kawin.
Extremitas
belakang yang berupa kaki belakang terdiri atas femur (paha), crus (bagian kaki
bawah) yang terdiri atas tibia dan fibula, tarsus (pergelangan kaki), pes
(telapak kaki) yang terdiri atas meta tarsus dan phalangus (jari – jari).
Katak adalah
bilateral simetris. Alat pencernaan yang tampak dari luar yaitu cavum oris,
dibatasi oleh maxillae (rahang atas) atap pada sebelah atas, sedang di sebelah bawah
di batasi oleh mandibula (rahang bawah) dan oshyoid. Kemudian dilanjutkan oleh
pharynx, oesophagus, ventricullus dan intestinum yang terletak di dalam rongga
tubuh. Lingula (lidah) yang pipih berpangkal pada dasar di sebelah anterior
mulut. Pada permukaannya terdapat kuncup perasa dan papil, dilapisi oleh
lendir, dapat dijulurkan dari belakang ke muka untuk menangkap mangsa. Lingula
disokong oleh oshyoid (yang berupa tulang rawan) yang memungkinkan lidah tegar
tapi lemas. Pada maxillae sebelah luar terdapat denta maxillaris (gigi
maxillaris), sedang pada atap cavum oris terdapt denta vomerin terdapat dua
lubang nares interns yang berhubungan dengan narens externs. Glottis terletak
pada medium ventral pharynx sebelah belakang lingula, merupakan pintu menuju ke
pulmo (paru – paru). Di belakang mata di dekat sudut mulut terdapat ostium
pharyngeum dari tuba auditiva eustachii yang menghubungkan cavum oris dengan
ruang telinga dalam.
4. Sistem Transportasi
Jantung
katak terdiri dari tiga ruang yaitu : atrium kiri, atrium kanan, dan ventrikel
(2 atrium, 1 ventrikel). Peredaran darah tertutup, terdapat
astir karotis, sistemik dan pulmokutaneus. Mempunyai tiga macam pembuluh balik
yaitu, vena cava, vena porta, dan vena pulmo kutaneus. Pada katak terdapat dua
system portal yaitu, system portal renalis yang membawa darah dari tungkai
belakang dan ekor ke ginjal dan system portal hepatica yang membawa hasil
pencernaan dari usus ke hati. Atrium kanan menerima darah yang miskin
oksigen dari seluruh tubuh, sedangkan atrium kiri menerima darah dari paru –
paru. Darah dari kedua atrium bersama – sama masuk ventrikel. Walaupun
tampaknya terjadi percampuran antara darah yang miskin oksigen dengan darah
yang kaya oksigen namun percampiurn diminimalisasi oleh adanya sekat – sekat
yang terdapat pada ventrikel. Dari ventrikel, darah masuk ke pembuluh darah
yang bercabang tiiga. Arteri anterior mengalirkan darah ke kepala dan ke otak.
Cabang tengah (lung aorta) mengalirkan darah ke jaringan internal dan organ
dalam badan, sedangkan arteri posterior dilewati oleh darah yang menuju kulit
dan paru – paru.
Darah vena
dari seluruh tubuh mengalir masuk ke sinus venosus dan kemudian mengalir menuju
ke atrium kanan. Dari atrium kanan, darah mengalir ke ventrikel yag kemudian di
pompa keluar melalui arteri pulmonalis → paru – paru → vena pulmonalis → atrium
kanan. Lintasan peredaran darah ini disebut peredaran darah paru – paru. Selain
peredaran darah paru – paru, pada katak → sinus venosus → atrium kanan.
5. Sistem Pernafasan
Pada Katak
Alat
pernafasannya terdiri dari paru-paru, kulit dan insang. Pertukaran gas terjadi
pada kulit terjadi secara difusi, larva (berudu) bernafas dengan insang.
Pada katak,
oksigen berdifusi lewat selaput rongga mulut, kulit, dan paru – paru. Kecuali
pada fase berudu bernafas dengan insang karena hidupnya di air. Selaput rongga
mulut dapat berfungsi sebagai alat pernafasan karena tipis dan banyak kapiler
yang bermuara di tempat itu. Pada saat terjadi gerakan rongga mulut dan faring,
lubang hidung terbuka dan glotis tertutup sehingga udara berada di rongga mulut
dan berdifusi masuk melalui selaput rongga mulut yang tipis. Selain bernafas
dengan selaput rongga mulut, katak bernafas pula dengan kulit, ini dimungkinkan
karea kulitnya selalu dalam keadaan basah dan mengandung banyak kapiler
sehingga gas pernafasan mudah berifusi. Oksigen yang masuk lewat kulit akan
melewati vena kulit (vena kutanea) kemudian dibawa ke jantung untuk diedarkan
ke seluruh tubuh. Sebaliknya karbondioksida dari jaringan akan dibawa ke
jantung, dari jantung di pompa ke kulit dan paru – paru lewat arteri kulit paru
– paru (arteri pulmokutanea).[4] Dengan
demikian pertukaran oksigen dan karbondioksida dapat terjadi di kulit. Setelah
itu koane menutup dan otot rahang bawah dan oto geniohioideus berkontraksi
sehingga rongga mulut mengecil. Mengecilnya rongga mulut mendorong oksigen
masuk ke paru – paru lewat celah – celah. Dalam paru – paru terjadi pertukaran
gas, oksigen diikat oleh darah yang berada dalam kapiler dinding paru – apru
dan sebaliknya karbon dioksida dilepaskan ke lingkungan. Mekanisme ekspirasi
adalah sebagai berikut. Otot – otot perut dan sternohioideus berkontraksi
sehingga udara dalam paru – paru tertekan keluar dan masuk ke dalam rongga
mulut. Celah tekak menutup dan sebaliknya koane membuka bersamaan dengan itu,
otot rahang bawah berkontraksi yang juga diikuti dengan berkontraksinya geniohioideus
sehingga rongga mulut mengecil. Dengan mengecilnya rongga mulut maka udara yang
kaya karbondioksida keluar.
6. Sistem Pencernaan
Alat
pencernaan lengkap, berahang juga berkloaka. Mulut berlidah, bergigi serta gigi
vomerin pada langit-langit.
Alat
pencernaan makanan diawali oleh cavum oris dan diakhiri oleh anus. Pada
beberapa bagian dari tractus digestoria mempunyai struktur dan ukuruan yang
berbeda. Mangsa yang berupa hewan kecil yang ditangkap untuk dimakan akan
dibasahi oleh air liur. Katak tidak begitu banyak mempunyai kelenjar ludah.
Dari cavum oris makanan akan melalui pharynx, oesophagues yang menghasilkan
sekresi alkalis (basis) dan mendorong makanan masuk dalam fentriculus yang
berfungsi sebagai gudang percernaan. Bagain muka frentriculus yang besar
disebut cardiarc, sedag bagian posterior mengecil dan berakhir dengan pyloris.
Kontraksi dinding otot ventriculus meremas makanan jadi hancur dan dicampur
dengan sekresi ventriculus yang mengandung enzim atau verment, yang merupakan
katalisator. Tiap – tiap enzim merubah sekelompok zat makanan manjadi ikatan –
ikatan yang lebih sederhana. Enzim yanbg dihasilkan oleh ventriculus dan
intestinum terdiri atas : pepsin, tripsin, erepsin untuk protein, lipase untuk
lemak. Disamping itu ventriculus menghasilkan asam klorida untuk mengasam kan
bahan makanan. Gerakan yang menyebabkan bahan makanan berjalan dalam saluran
disebut gerak peristalis. Beberapa penyerapan zat makanan terjadi di
ventriculus tetapi terutama terjadi di intestinum. Makanan masuk ke dalam
intertinum dari ventriculus melalui klep pyloris.
Kelenjar
pencernaan yang besar adalah hepardan pancreaticum yang memberikan sekresinya
pada intestinum kecuali itu intestinum menghasilkan sekresi sendiri. Hepar yang
besar terdiri atas beberapa lobus dan bilus atau zat empedu yang dihasilkan
akan ditampung sementara dalam fesica felea, yang kemudian akan dituangkan
dalam intestinum melalui ductus cystcus dahulu kemudian melalui duktus
cholydocus yang merupakan saluran gabungan dengan saluran yang dari pankreas.
Fungsi bilus untuk mengilmusikan zat lemat. Bahan makanan yang merupakan sisa
di dalam intestinum mjor menjadi faeces dan selanjutnya dikeluarjkan melalui
anus.
7. Sistem Ekskresi
Ginjal
amphibi termasuk tipe mesonefroid, dengan saluran kemih, urin keluar lewat
kloaka, kandung kemih merupakan gelembung tipis di sebelah sisi ventral kloaka.
Ginjal
amphibi sama dengan ginjal ikan air tawar yaitu berfungsi untuk
mengeluarkan air yang berlebvih. Karea kulit katak permeable terhadap air, maka
pada saat ia berada di air, banyak iar masuk ke tubuh katak secara osmosis.
Pada saat ia berada di darat harus melakukan konservasi air dan tidak
membuangnya. Katak menyesuaikan dirinya terhadap kandungan air sesuai dengan
lingkungannya dengan cara mengatur laju filtrasi yang dilakukan oleh
glomerulus, sistem portal renal berfungsi untuk membuang bahan – bahan yang
diserap kembali oleh tubuh selama masa aliran darah melalui glomerulus
dibatasi. Katak juga menggunkan kantung kemih untuk konserfadsi air. Apabila
sedang berada dia air, kantung kemih terisi urin ynag encer. Pada saat berada
di daarat air diserap kembali ke dalam darah menggantikan air yang hilang
melalui evaporasi kulit. Hormon yang mengendalikan adalah hormon yang sama
dengan ADH.
8. Sistem Endokrin
Katak
memiliki beberapa kelenjar endokrin yang menghasilkan sekresi intern yang
disebut hormon. Fungsinya mengatur atau mengontrol tugas – tugas tubuh,
merangsang, baik yang bersifat mengaktifakan atau mengerem pertumbuhan,
mengaktifakan bermacam – macam jaringan dan berpengaruh terhadap tingkah laku
mahluk.
Pada dasar
otak terdapat glandulae pituitaria atcuglandulaehypophysa bagian anterior
kelenjar ini pada larva menghasilkan hormon pertumbuhan. Hormon ini mengontrol
pertumbuhan tubuh terutama panajang tulang, dn kecuali itu mempengaruhi
glandulae thyroidea. Bila seekor berudu diambil dan bagian anterior glndulae
hypophysannya, berudu tersebut tak akan tumbuh menjadi katak tapi bila potongan
itu ditransplatasikan kemabali, maka pertumbuhan akan terjadi sebagai mana
mestinya. Pemberian hormon yang dihasilkan oleh bagian anterior hypophysa ini
baik secara oral atau suntikan menyebabkan pertumbuhan raksasa.
Pada katak
dewasa bagian anterior glandulae pitutaria ini menghasilkan homon yang
merangsang gonad untuk menghasilkan sel kelamin. Jika kita mengadakan
implantasi, kelenjar ini dengan suskses pada seekor katak dewasa yang tak dalam
keadaan berkembang biak, maka mulai saat itu terjadi perubahan. Implantasi pada
hewan betina mengakibatkan hewan itu menghasilkan ovum yang telah masak.
Implantasi pada hewan jantan mengakibatkan hewan itu mengahasilkan sperma.
Bagian tengah pituitaria akan menghasilkan hormon intermidine yang mempunyai
peranan dalam pengaturan kromotofora dalam kulit. Bagian posterior pituitaria
menghasilkan suatu hormon yang mengatur pengambilan air. Glandulae phyroidea
yang terdapat di belakang tulang rawan hyoid menghasilkan hormon thryoid yang
mengatur metabolisme secara umum. Kelnjar ini menjadi besar pada berudu sebelum
metamorfose menjadi katak. Jika kelenjar itu diambil maka berudu tidak akan
menjadi katak. Kelenjar pankreas menghasilkan hormon nsulin yang mengatur
metabolisme (memacu pengubahan glukosa menjadi glikogen. Pada permukaan luar
ginjal terdapat glandula suprarenalis atau glandula adrenalis yang kerjanya
berlawanan dengan insulin (mengubah glikogen menjadi glukosa).
9. Sistem Reproduksi
Organ reproduksi
pada katak berbeda antara katak jantan dan katak betina. Pada katak jantan
terdapat sepasang testis (bentuknya oval, warnanya keputih – putihan) terletak
disebelah atas ginjal. Testis diikat oleh alat penggantungnya yang disebut
mesdrchiutn. Dari testis terdapat saluran yang disebut fasadefferensia yang
bermuara di kloaka. Bagian ureter yang dekat kloaka mengalami pembesaran yang
disebut vesicusa seminalis yang berfungsi untuk penampungan sementara
spermatozoa. Organ reproduksi betina terdiri atas sepasang ovarium yang
terdapat pada bagian belakang rongga tubuh diikat oleh penggantungnya yang
disebut mesovarium. Pada saat “musim kawin” pada ovarium terpadat ovum yang
masak dan menuju saluran yang disebut oviduk. Bagian posterior oviduk membesar membentuk
uterus. Selanjutnya telur dikeluarkan melalui kloaka keluar dari tubuh. Pada
katak terjadi fertilisasi eksternal (pembuahan di luar tubuh). Pada “musim
kawin” terjadi isyarat kawin oleh katak jantan dan katak betina. Perkawinan
dilakukan dengan cara katak jantan menempel di atas punggung katak betina, lalu
keduanya menyemprotkan sel – sel gametnya ke luar tubuh.
Katak
termasuk hewan ovipar (bertelur). Telur dari katak betina dan sperma dari katak
jantan dikeluarkan di dalam air. Pembuahan terjadi di dalam air (di luar
tubuh). Telur menetas menjadi berudu yang hidup di air dan bernafas dengan
insang luar. Setelah berumur 4 minggu, insang luar lenyap dan tumbuh insang
dalam. Pada usia 10 minggu terbentuk tungkai belakang. Tiga bulan kemudian
terbentuk tungkai depan dan paru – paru mulai berkembang, dan ekornya memendek.
Pada umur 4 bulan katak telah menjadi dewasa dan hidup di darat.
10. Sistem Syaraf
Sistem
syaraf katak terdiri atas syaraf pusat dan syaraf tepi. Syaraf pusat terususun
atas otak dan tali spinal, sedangkan saraf tepi tersusun atas saraf
kranial, saraf spinal. Otak dan tali spinal dibungkus oleh 2 membran yang tebal
yaitu durameter yang berbatasan dengan tulang dan pipiamater yang batasan
dengan jaringan saraf. Apabila dipanadang dari sebelah dorsal, pada otak akan
teradapat :
a. 2 lobus olfactorius yang bertanggung
jawab untuk organisasi rang sang yang berupa ban.
b. 2 erfhaemisphariumcerebri yang
berfungsi menyiompan ingatan, intelegensia dan mengontrol kebebasan.
c. Diencephalonmedialis yang
berhubungan dengan mata dan keseimbangan.
d. 2 bulatan lobus opticus untuk
koordinasi pengelihatan.
e. Otak kecil untuk koordiansi
pergerakan.
f.
Medula
obongata untuk koordinasi sebagian besar aktifitas tubuh.
Apabila
medula oblongata diambil maka katak segera mati. Saraf spinal berpusat di otak
dan terdapat sepuluh pasang yang akan mengontrol aktifitas alat – alat sensori,
otot daging dan lain – lain.
11. Alat Indera
Pada katak
jantan terdapt lubang di rongga mulut kana-kiri lidahnya, mempunyai kantong
suara. Mata lebar dengan memebran niktitans (selaput tidur) pelindung saat
berad di air. Selaput pendenga berada di belakng mata, tidak ada telinga
luarnya. Mempunyai dua lubang hidung dalam satu koane, kulit juga berperan dlam
pernafasan berwarna wari karena adanya pigmen lipofora, gu8anofora, dan
melanofora. Kulit mudah dikelupas dari tubuhnya karena antara kulit dan otot di
bawahnya terdapat rongga berisi limfe.
12. Sistem Limfatik
Sistem
lifmatik berhubungan dengan pengembalian plasma yang hilang dari sistem
sirkulasi menuju darah kempali. Sistem ini juga bertangggung jawanb untuk
produksi cairan limfa yang mengandung sel darh putih dan sedikit sel darah
merah. Pada beberapa tempat, sistem ini berhubungan dengan vena tubuh. Pada
katak terdapat kantung limfa tikus antara kulit dan tubuh. Kantung limfa tikus
tersebut meliputi kantung limfa tikus submaksilaris, pektoralia, abdominalis,
lateralis, brankialis, vemorolaris, intervemorlaris dan kranialis.
13. Sistem Otot
Tubuh katak
dan juga (vertebrate lainnya) tersusun atas 3 macam otot. Otot polos yang
kerjanya diluar kemauan kita. Otot lurik yang kerjanya dalam kesadaran kita dan
otot jantung yang secara morfologi seperti otot lurik, namun bekerja diluar
kendali kita.
Otot lurik
disebut juga otot skelet terbagi atas :
a. Otot
daging lebar dan pipih, misalnya adalah oblicus externus dan trans versus yang
membentuk dinding perut.
b. Otot
daging gilig misalnya otot bisep (pada lengan).
c. Otot
daging sfingter dengan carat melintang, misalnya sfingter pada anus atau
kloaka.
Otot lurik
mengikat atau melekat pada tulang dan pada saat kontraksi atau relaksasi akan
menggerakkan tulang tersebut. Koordinasi kontraksi otot dilaksanakan oleh
sistem saraf.
14. Sistem
Kerangka
Sistem
kerangka pada katak dibangun oleh kerangka dalam (endoskeleton) yang tersusun
atas tulang – tulang. Terdapat 2 skeleton yang menusun sistem kerangka yaitu
skeleton aksial dan skeleton apendikular. Skeleton aksial tersusun atas
tempurung kepala, vertebrae (ruas – ruas belakang dan tulang dada). Skeleton
apendikular tersusun ekstremitas anterior dan extrimitas posterior.
Tempurung
kepala terususn atas beberapa tulang yaitu ccranium, bebrapa kapsul sensoris
(kapsul hidung, kapsul pendengar, kapsul besar untuk mata, dan tulang – tualng
rahang).
Pada katak
terdapat 9 ruas tulang belakang. Pada katak terdapat 1 tulang dada. Ekstrenitas
anterior (lengan) dan ekstrenitas posterior (tungfkai) tersusun atas tulang –
tulang yang hampir sama.
15. Klasifikasi
Anggota
amphibia terdiri dari 4 ordo yaitu Urodela (Salamander), Apoda (Caecilia), dan
Anura ( katak dan kodok). Adapun klasifikasinya adalah sebagai berikut:
Kingdom
: Animalia
Phylum :
Chordata
Sub Phylum :
Vertebrata
SuperClass :
Tetrapoda
Class :
Amphibia
1. Ordo Caecilia ( Gymnophiona)
Ordo ini
mempunyai anggota yang ciri umumnya adalah tidak mempunyai kaki sehingga
disebut Apoda. Tubuh menyerupai cacing (gilig), bersegmen, tidak bertungkai,
dan ekor mereduksi. Hewan ini mempunyai kulit yang kompak, mata tereduksi,
tertutup oleh kulit atau tulang, retina pada beberapa spesies berfungsi sebagai
fotoreseptor. Di bagian anterior terdapat tentakel yang fungsinya sebagai organ
sensory. Kelompok ini menunjukkan 2 bentuk dalam daur hidupnya. Pada fase larva
hidup dalam air dan bernafas dengan insang. Pada fase dewasa insang mengalami
reduksi, dan biasanya ditemukan di dalam tanah atau di lingkungan akuatik.
Fertilisasi pada Caecilia terjadi secara internal.
Ordo
Caecilia mempunyai 5 famili yaitu Rhinatrematidae, Ichtyopiidae,
Uraeotyphilidae, Scolecomorphiidae, dan Caecilidae. Famili Caecilidae mempunyai
3 subfamili yaitu Dermophinae, Caecilinae dan Typhlonectinae.
Famili yang
ada di indonesia adalah Ichtyopiidae. Anggota famili ini mempunyai ciri-ciri
tubuh yang bersisik, ekornya pendek, mata relatif berkembang. Reproduksi dengan
oviparous. Larva berenang bebas di air dengan tiga pasang insang yang bercabang
yang segera hilang walaupun membutuhkan waktu yang lama di air sebelum
metamorphosis. Anggota famili ini yang ditemukan di indonesia adalah Ichtyophis
sp., yaitu di propinsi DIY.
2. Ordo Urodela
Urodela
disebut juga caudata. Ordo ini mempunyai ciri bentuk tubuh memanjang, mempunyai
anggota gerak dan ekor serta tidak memiliki tympanum. Tubuh dapat dibedakan
antara kepala, leher dan badan. Beberapa spesies mempunyai insang dan yang
lainnya bernafas dengan paru-paru. Pada bagaian kepala terdapat mata yang kecil
dan pada beberapa jenis, mata mengalami reduksi. Fase larva hampir mirip dengan
fase dewasa. Anggota ordo Urodela hidup di darat akan tetapi tidak dapat lepas
dari air. Pola persebarannya meliputi wilayah Amerika Utara, Asia Tengah,
Jepang dan Eropa.
Urodella
mempunyai 3 sub ordo yaitu Sirenidea, Cryptobranchoidea dan Salama
ndroidea. Sub
ordo Sirenidae hanya memiliki 1 famili yaitu Sirenidae, sedangkan sub ordo
Cryptobranchoidea memiliki 2 famili yaitu Cryptobranchidae dan Hynobiidae. Sub
ordo Salamandroidea memiliki 7 famili yaitu Amphiumidae, Plethodontidae,
Rhyacotritoniade, Proteidae, Ambystomatidae, Dicamptodontidae dan
Salamandridae.
3. Ordo Anura
Nama anura
mempunyai arti tidak memiliki ekor. Seperti namanya, anggota ordo ini mempunyai
ciri umum tidak mempunyai ekor, kepala bersatu dengan badan, tidak mempunyai
leher dan tungkai berkembang baik. Tungkai belakang lebih besar daripada
tungkai depan. Hal ini mendukung pergerakannya yaitu dengan melompat. Pada
beberapa famili terdapat selaput diantara jari-jarinya. Membrana tympanum
terletak di permukaan kulit dengan ukuran yang cukup besar dan terletak di
belakang mata. Kelopak mata dapat digerakkan. Mata berukuran besar dan
berkembang dengan baik. Fertilisasi secara eksternal dan prosesnya dilakukan di
perairan yang tenang dan dangkal.
Ada 5 Famili
yang terdapat di indonesia yaitu Bufonidae, Megophryidae, Ranidae, Microhylidae
dan Rachoporidae. Adapun penjelasan mengenai kelima famili tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Bufonidae
Famili ini
sering disebut kodok sejati. Ciri-siri umumnya yaitu kulit kasar dan berbintil,
terdapat kelenjar paratoid di belakang tympanum dan terdapat pematang di
kepala. Mempunyai tipe gelang bahu arciferal. Sacral diapophisis melebar. Bufo
mempunyai mulut yang lebar akan tetapi tidak memiliki gigi. Tungkai belakang
lebih panjang dari pada tungkai depan dan jari-jari tidak mempunyai selaput.
Fertilisasi berlangsung secara eksternal. Famili ini terdiri dari 18 genera dan
kurang lebih 300 spesies. Beberapa contoh famili Bufo yang ada di Indonesia
antara lain: Bufo asper, Bufo biporcatus, Bufo melanosticus dan
Leptophryne borbonica.
b. Megophryidae
Ciri khas
yang paling menonjol adalah terdapatnya bangunan seperti tanduk di atas
matanya, yang merupakan modifikasi dari kelopak matanya. Pada umumnya famili
ini berukuran tubuh kecil. Tungkai relatif pendek sehingga pergerakannya lambat
dan kurang lincah. Gelang bahu bertipe firmisternal. Hidup di hutan dataran
tinggi. Pada fase berudu terdapat alat mulut seperti mangkuk untuk mencari
makan di permukaan air. Adapun contoh spesies anggota famili ini adalah Megophrys
montana dan Leptobranchium hasselti.
c. Ranidae
Famili ini
sering disebut juga katak sejati. Bentuk tubuhnya relatif ramping. Tungkai
relatif panjang dan diantara jari-jarinya terdapat selaput untuk membantu
berenang. Kulitnya halus, licin dan ada beberapa yang berbintil. Gelang bahu
bertipe firmisternal. Pada kepala tidak ada pematang seperti pada Bufo.
Mulutnya lebar dan terdapat gigi seperti parut di bagian maxillanya. Sacral
diapophysis gilig. Fertilisasi secara eksternal dan bersifat ovipar. Famili ini
terdiri dari 36 genus. Adapun contoh spesiesnya adalah: Rana
chalconota, Rana hosii, Rana erythraea, Rana nicobariensis, Fejervarya
cancrivora, Fejervarya limnocharis, Limnonectes kuhli, Occidozyga sumatrana.
d. Microhylidae
Famili ini
anggotanya berukuran kecil, sekitar 8-100 mm. Kaki relatif panjang dibandingkan
dengan tubuhnya. Terdapat gigi pada maxilla dan mandibulanya, tapi beberapa
genus tidak mempunyai gigi. Karena anggota famili ini diurnal, maka pupilnya
memanjang secara horizontal. Gelang bahunya firmisternal. Contoh spesiesnya
adalah: Microhyla achatina.
e. Rachoporidae
Famili ini
sering ditemukan di areal sawah. Beberapa jenis mempunyai kulit yang kasar,
tapi kebanyakan halus juga berbintil. Tipe gelang bahu firmisternal. Pada
maksila terdapat gigi seperti parut. Terdapat pula gigi palatum. Sacral
diapophysis gilig. Berkembang biak dengan ovipar dan fertilisasi secara
eksternal.
16. Peranan Amphibia bagi
Kehidupan Manusia
a. Dimanfaatkan dibidang kedokteran
untuk diambil racunnya sebagai penguat denyut jantung.
b. Keperluan praktikum zoology bagi
para siswa dan mahasiswa
c. Jenis urodela (megalobatrachus
maximus) disukai orang jepang, jenis Rana sp. Disukai orang
cina untuk dimakan.
d. Di bidang pertanian dan peternakan
amphibia berperan sebagai predator alami serangga.
BAB III
KESIMPULAN
Amphibia merupakan hewan
berdarah dingin yang mampu menyesuaikan cara hidupnya dengan lingkungan.
Spesies dari Amphibia yang masih eksis hingga sekarang termasuk dalam 3
kelompok yaitu Salamander (Urodela), Caecilian (Gymnophiona) dan Anura. Adapun
ciri-ciri umum anggota amphibia adalah: Memilliki anggota gerak,Tidak
memiliki kuku dan cakar, Kulit memiliki dua, bernafas dengan insang, kulit,
paru-paru, Mempunyai sistem pendengaran, Mempunyai struktur gigi, yaitu gigi
maxilla dan gigi palatum, Merupakan hewan poikiloterm,Mata amphibia berkelopak
dan kelopak tersebut dapat digerakkan, Mulut amphibi bergigi
dan berlidah Rangka tubuh amphibi sebagian besar tersusun atas tulang keras,
Jantung amphibi terbagi atas tiga ruang (2 atrium dan 1 ventrikel), dll.
Alat
pencernaan pada amphibian sudah lengkap, berahang juga berkloaka. Mulut
berlidah, bergigi serta gigi vomerin pada langit-langit. Katak termasuk
hewan ovipar (bertelur). Telur dari katak betina dan sperma dari katak jantan
dikeluarkan di dalam air. Pembuahan terjadi di dalam air (di luar tubuh). Telur
menetas menjadi berudu yang hidup di air dan bernafas dengan insang luar.
DAFTAR PUSTAKA
Kurniati,
Tuti. dkk. 2009. Zoologi Vertebrata. Bandung : UIN SGD Bandung
Radiopoetro.1996.
Zoologi. Jakarta : Erlangga
Mitchell, Campbell
Reece. 2004. Biologi . Jakarta : Erlangga
http://ensiklofauna.net46.net/?q=node/14(fitri marlyani)
http://green-airil.blogspot.com/2009/04/amphibi.html
http://ksh.biologi.ugm.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=12&Itemid
http://tolweb.org/Amphibia
http://www.shsu.edu/~bio_mlt/AMPHIBIA.html
http://ensiklofauna.net46.net/?q=node/14 (fitri marlyani)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar