BAB I
PENDAHULUA N
A.
Latar
Belakang
Proses
sosial merupakan aspek dinamis dari kehidupan masyarakat. Dimana di dalamnya
terdapat suatu proses hubungan antara manusia dengan yang lainnya. Proses
hubungan tersebut berupa antar aksi sosial yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari secara terus menerus. Antar aksi (interaksi) sosial, dimaksudkan
sebagai pengaruh timbal balik antara dua belah pihak, yaitu antara individu
satu dengan individu atau kelompok lainnya dalam rangka mencapai tujuan
tertentu. Proses sosial pada dasarnya merupakan siklus perkembangan dari
struktur sosial yang merupakan aspek dinamis dalam kehidupan masyarakat.
Perkembangan
inilah yang merupakan dinamika yang tumbuh dari pola-pola perilaku manusia yang
berbeda menurut situasi dan kepentingannya masing-masing, yang diwujudkan dalam
proses hubungan sosial. Hubungan-hubungan sosial itu pada awalnya merupakan
proses penyesuaian nilai-nilai sosial dalam kehidupan masyarakat.
Kemudian
meningkat menjadi semacam pergaulan yang tidak hanya sekedar pertemuan secara
fisik, melainkan merupakan pergaulan yang ditandai adanya saling mengerti
tentang maksud dan tujuan masing-masing pihak dalam hubungan tersebut. Misalnya
saling berbicara (komunikasi), bekerja sama dalam memecahkan suatu masalah,
atau mungkin pertemuan dalam suatu pertikaian dan lain sebagainya. Secara
singkat, dapat dikatakan bahwa proses sosial itu adalah hubungan-hubungan
sosial yang dinamis dalam kehidupan masyarakat.
B.
Tujuan
Penulisan
Adapun
tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk
mengetahui apa pengertian/definisi dari proses sosial dan interaksi sosial,
2. Dapat
mengenal ciri-ciri dan tujuan dari interaksi sosial,
3. Mengetahui
apa-apa saja faktor-faktor yang mendasari interaksi sosial,
4. Mengenal
bentuk-bentuk proses/interaksi sosial.
5. Mengenal
contoh kasus yang berhubungan dengan interaksi sosial.
6. Mampu
menganalisis contoh kasus yang berhubungan dengan interaksi sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konsep Teori
1.
Definisi
Proses Sosial dan Interaksi Sosial
Dalam
membahas mengenai proses sosial dan interaksi sosial, sebelumnya perlu
diketahui apa itu pengertiannya. Berikut ini adalah beberapa pendapat para ahli
mengenai pengertian proses sosial dan interaksi sosial :
a. Adham
Nasution; proses sosial adalah proses kelompok-kelompok dan individu-individu
saling berhubungan, yang merupakan bentuk antara aksi sosial, ialah
bentuk-bentuk yang nampak kalau kelompok-kelompok manusia atau orang perorangan
mengadakan hubungan satu sama lain. Kemudian ditegaskan lagi, bahwa proses sosial
adalah rangkaian sikap/tindakan manusia (human actions) yang merupakan aksi dan
reaksi atau challenge dan respons di dalam hubungannya satu sama lain.
b. Abu
Ahmadi; Dengan proses sosial dimaksudkan cara-cara interaksi (aksi dan reaksi)
yang dapat diamati apabila perubahan-perubahan mengganggu cara hidup yang telah
ada. Dengan konsep interaksi sosial, ia memberikan batasan proses sosial
sebagai pengaruh timbal balik antara individu dan golongan di dalam usaha
mereka untuk memecahkan persoalan yang dihadapi dan di dalam usaha mereka untuk
mencapai tujuannya.
c. Soerdjono
Dirdjosisworo; mengartikan proses sosial sebagai pengaruh timbal balik antara
berbagai segi kehidupan bersama. Ia kemudian memperinci pengertian rumusan ini
sebagai berikut :
1) Pengaruh
timbal balik sebagai akibat hubungan timbal balik antara individu dengan
kelompok dan kelompok dengan kelompok mengenai berbagai aspek kehidupan manusia
seperti politik, ekonomi, sosial budaya dan keamanan.
2) Berbagai
segi kehidupan tersebut adalah penerapan aspek-aspek utama dalam kehidupan
sosial yang mewarnai bahkan menentukan perkembangan dalam kehidupan bersama.
Interaksi sosial
sendiri diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial timbal balik yang dinamis,
yang menyangkut hubungan antara orang-orang secara perorangan, antara
kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang dengan kelompok-kelompok
manusia.
d. Roucek
dan Warren; Interaksi adalah suatu proses melalui tindak balas tiap-tiap
kelompok berturut-turut menjadi unsur penggerak bagi tindak balas dari kelompok
yang lain. Ia adalah suatu proses timbal balik, yang mana satu kelompok
dipengaruhi tingkah laku reaktif pihak lain dan dengan berbuat demikian ia
mempengaruhi tingkah laku orang lain.
e. Gillin
dan Gillin; proses-proses sosial adalah cara berhubungan yang dapat dilihat
apabila orang perorangan dan kelompok-kelompok manusia saling bertemu dan
menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan
terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya cara-cara
hidup yang telah ada.
f. Robert
M.Z.; mengemukakan Definisi perubahan sosial yaitu proses dimana dalam suatu
sistem sosial terdapat perbedaan yang dapat diukur yang terjadi dalam suatu
kurun waktu tertentu.
2.
Ciri-Ciri
dan Tujuan Interaksi Sosial
Menurut
Charles P. Loomis, sebuah hubungan itu bisa dikatakan interaksi sosial jika
memiliki ciri-ciri hubungan sebagai berikut :
a. Jumlah
pelakunya adalah dua orang atau lebih
b. Adanya
komunikasi antar pelaku dengan menggunakan simbol atau lambang-lambang
c. Adanya
suatu dimensi waktu yang meliputi masa lalu, masa kini dan masa yang akan
datang
d. Adanya
tujuan yang hendak dicapai
Sedangkan
tujuan yang hendak dicapai dari interaksi sosial itu adalah sebagai
berikut :
1. Terciptanya
hubungan yang harmonis
2. Tercapainya
tujuan hubungan dan kepentingan
3. Sebagai
sarana dalam mewujudkan keteraturan hidup (kehidupan sosial masyarakat)
3.
Faktor-Faktor
yang Mendasari
a. Faktor
Internal
Adapun
yang menjadi dorongan dari dalam diri seseorang untuk berinteraksi sosial
meliputi hal-hal berikut :
1) Dorongan
untuk meneruskan keturunan
2) Dorongan
untuk memenuhi kebutuhan
3) Dorongan
untuk mempertahankan kehidupan
4) Dorongan
untuk berkomunikasi
b. Faktor
Eksternal
Terdiri
dari :
1) Faktor
Imitasi
Yaitu proses sosial
atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain, baik sikap penampilan, gaya
hidupnya, bahkan apa-apa yang dimilikinya. Imitasi pertama kali muncul di
lingkungan tetangga dan lingkungan masyarakat.
2) Faktor
Sugesti
Adalah rangsangan,
pengaruh, stimulus yang diberikan seorang individu kepada individu lain
sehingga orang yang diberi sugesti menuruti atau melaksanakan tanpa berpikir
kritis dan rasional.
3) Faktor
Identifikasi
Adalah upaya yang
dilakukan oleh seseorang individu untuk menjadi sama (identik) dengan individu
lain yang ditirunya. Proses identifikasi tidak hanya terjadi melalui
serangkaian proses peniruan pola perilaku saja, tetapi juga melalui proses
kejiawaan yang sangat mendalam.
4) Faktor
Simpati
Yaitu proses
kejiwaan dimana seorang individu merasa tertarik kepada seseorang atau kelompok
orang dikarenakan sikapnya, penampilannya, wibawanya atau perbuatannya yang
sedemikian rupa.
5) Faktor
Motivasi
Yaitu rangsangan,
pengaruh, stimulus yang diberikan seorang individu kepada individu lain,
sehingga orang yang diberi motivasi menuruti atau melaksanakan apa yang
dimotivasikan secara kritis, rasional dan penuh rasa tanggung jawab. Motivasi
biasanya diberikan oleh orang yang memiliki status yang lebih tinggi dan
berwibawa. Contohnya : motivasi dari seorang ayah kepada anaknya dan dari
seorang guru kepada siswa.
6) Faktor
Empati
Faktor empati mirip
dengan simpati, akan tetapi tidak semata-mata perasaan kejiwaan saja. Empati
dibarengi dengan perasaan organisme tubuh yang sangat dalam (intens).
4.
Syarat-Syarat
Terjadinya Interaksi Sosial
Terjadinya
interaksi sosial sebagaimana dimaksud, karena adanya saling mengerti tentang
maksud dan tujuan masing-masing pihak dalam suatu hubungan sosial. Dalam proses
sosial baru dapat dikatakan terjadi interaksi sosial, apabila telah memenuhi
persyaratan sebagai aspek kehidupan bersama, yaitu adanya kontak sosial dan
komunikasi sosial.
a. Kontak
Sosial (Social Contact)
Kontak sosial adalah
hubungan antara satu orang atau lebih, melalui percakapan dengan saling
mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing dalam kehidupan masyarakat.
Kontak sosial dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung antara pihak
satu dengan pihak lainnya. Kontak sosial tidak langsung adalah kontak sosial
yang menggunakan alat sebagai perantaranya. Misalnya : melalui telepon,
radio, surat, dan lain-lain.
b. Komunikasi
(Communication)
Menurut Soerjono
Soekanto, komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada perilaku
orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah atau sikap)
perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang lain tersebut. Dengan
adanya komunikasi, maka sikap dan perasaan di satu pihak orang atau sekelompok
orang dapat diketahui dan dipahami.
5.
Bentuk-Bentuk
Interaksi Sosial
Interaksi sosial
dapat terjadi dalam berbagai bentuk, yaitu kerja sama, persaingan, pertikaian
atau pertentangan dan akomodasi. Bentuk-bentuk tersebut dapat terjadi secara
berantai terus-menerus, bahkan dapat berlangsung seperti lingkaran tanpa
berujung. Misalnya suatu pertikaian untuk sementara waktu dapat diselesaikan
(akomodasi), kemudian dapat bekerja sama, berubah menjadi persaingan dan
apabila persaingan ini memuncak maka dapat terjadi pertikaian. Proses-proses
interaksi yang pokok adalah sebagai berikut :
1. Proses-proses
yang Asosiatif
a. Kerja
Sama (Cooperation)
Kerja
sama adalah suatu bentuk proses sosial, dimana di dalamnya terdapat aktivitas
tertentu yang ditujukan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu
dan saling memahami terhadap aktivitas masing-masing. Roucek dan Warren
mengatakan bahwa kerja sama berarti bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan
bersama.
Menurut
James D. Thompson dan William J. Mc Ewen ada 5 (lima) bentuk kerja sama
yaitu :
1) Kerukunan
yang mencakup gotong-royong dan tolong-menolong.
2) Bargaining,
yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa-jasa
antara dua organisasi atau lebih.
3) Kooptasi
(Cooptation), yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan
atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi sebagai salah satu cara untuk
menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang
bersangkutan.
4) Koalisi
(Coalition), yaitu kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai
tujuan-tujuan yang sama.
5) Joint
Venture, yaitu kerja sama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu. Misalnya
pengeboran minyak, perhotelan perfilman, pengelolaan pelabuhan dan lain
sebagainya.
b. Akomodasi
(Accomodation)
Akomodasi
adalah suatu keadaan hubungan antara kedua belah pihak yang menunjukkan
keseimbangan yang berhubungan dengan nilai dan norma-norma sosial yang berlaku
dalam masyarakat. Menurut Soedjono, akomodasi adalah suatu keadaan dimana suatu
pertikaian atau konflik mendapat penyelesaian sehingga terjalin kerja sama yang
baik kembali.
Tujuan
akomodasi (menurut Soerjono Soekanto) dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi
yang dihadapi yaitu :
1) Untuk mengurangi pertentangan antara orang perorangan
atau kelompok-kelompok manusia sebagai akibat perbedaan paham.
2) Untuk mencegah meledaknya suatu pertentangan, baik
sementara waktu maupun secara temporer.
3) Untuk memungkinkan terjadinya kerja sama antara
kelompok-kelompok sosial yang sebagai akibat faktor-faktor sosial psikologis
dan kebudayaan, hidupnya terpisah, seperti misalnya yang dijumpai pada
masyarakat-masyarakat dengan sistem berkasta.
4) Mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok sosial
yang terpisah, misalnya melalui perkawinan campuran.
c. Asimilasi
(Assimilation)
Menurut
Gillin & Gillin, Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut,
ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat
antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi
usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental
dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan bersama.
Koentjaraningrat
berpendapat bahwa proses asimilasi timbul bila ada :
1)
Kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya.
2) Orang-perorangan sebagai warga kelompok tadi saling
bergaul secara langsung dan insentif untuk waktu yang lama.
3) Kebudayaan-kebudayaan dari kelompok manusia tersebut
masing-masing berubah dan aling menyeseuaikan diri.
Proses
asimilasi bila memiliki syarat-syarat sebagai berikut :
1) Bersifat suatu pendekatan terhadap pihak lain, dimana
pihak yang lain tersebut juga berlaku sama.
2)
Tidak mengalami halangan-halangan atau
pembatasan-pembatasan.
3)
Bersifat langsung dan primer
4)
Berfrekuensi tinggi dan tetap serta ada keseimbangan
Ada
beberapa faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu asimilasi,
antara lain adalah :
1)
Toleransi.
2)
Kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi.
3)
Sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya.
4)
Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam
masyarakat.
5)
Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan.
6)
Perkawinan campuran (amalgamation)
Adanya
musuh bersama dari luar. Ada juga beberapa hal yang dapat menghalangi
terjadinya proses asimilasi, yaitu sebagai berikut :
1)
Toleransinya kehidupan suatu golongan tertentu dalam
masyarakat
2)
Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi
dan sehubungan dengan itu sering kali menimbulkan faktor ketiga.
3)
Perasaan takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang
dihadapi.
4) Perasaan bahwa suatu kebudayaan golongan atau kelompok
tertentu lebih tinggi daripada kebudayaan golongan atau kelompok lainnya.
5)
Dalam batas-batas tertentu, perbedaan warna kulit atau
perbedaan ciri-ciri badaniah.
6)
In-group feeling.
7)
Gangguan dari golongan yang berkuasa terhadap golongan minoritas.
8)
Perbedaan kepentingan dan pertentangan-pertentangan
pribadi.
2. Proses-proses
yang Disosiatif
a. Persaingan
(Competition)
Persaingan
merupakan suatu usaha dari seseorang untuk mencapai sesuatu yang lebih daripada
yang lain. Persaingan ini dapat dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok yaitu :
1) Persaingan
Pribadi, adalah persaingan yang berlangsung antara individu dengan individu
atau individu dengan kelompok secara langsung.
2) Persaingan
Kelompok, adalah persaingan yang berlangsung antara kelompok dengan kelompok.
Persaingan
biasanya didorong oleh hal-hal seperti mendapatkan status sosial, memperoleh
jodoh, mendapatkan kekuasaan, mendapatkan nama baik, mendapatkan kekayaan,
karena perbedaan agama dan lain-lain.
b. Kontraversi
Kontraversi
merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan
pertentangan antara pertikaian dan juga merupakan sikap mental yang tersembunyi
terhadap orang-orang lain atau terhadap unsur-unsur kebudayaan golongan
tertentu.
Bentuk-bentuk
kontraversi antara lain adalah sebagai berikut :
1) Perbuatan
penolakan, perlawanan, dan lain-lain.
2) Menyangkal
pernyataan orang lain dimuka umum.
3) Melakukan
penghasutan.
4) Berkhianat.
5) Mengejutkan
lawan, dan lain-lain.
c. Pertikaian
atau Pertentangan (Conflict)
Pertikaian
adalah bentuk persaingan yang berkembang secara negatif, artinya di satu pihak
bermaksud untuk mencelakakan atau paling tidak berusaha untuk menyingkirkan
pihak lainnya.
Meskipun
demikian, pertikaian tidak selamanya disertai kekerasan, bahkan ada pertikaian
yang berbentuk lunak dan mudah untuk dikendalikan, misalnya pertentangan antara
orang-orang dalam seminar, dimana perbedaan pendapat bisa diselesaikan secara
ilmiah, atau sekurang-kurangnya tidak emosional.
Adapun
sebab-sebab yang menimbulkan pertentangan adalah sebagai berikut :
1) Perbedaan
antara individu-individu
2) Perbedaan
kebudayaan
3) Perbedaan
kepentingan
4) Perubahan
social
Pertentangan
mempunyai bentuk-bentuk antara lain seperti berikut :
1) Pertentangan
pribadi
2) Pertentangan
Rasial
3) Pertentangan
antara kelas-kelas social
4) Pertentangan
politik
5) Pertentangan
yang bersifat internasional
Dari
bentuk-bentuk pertentangan tersebut akan mengakibatkan dampak-dampak seperti
berikut :
1) Bertambahnya
solidaritas in-group
2) Akan
goyah dan retaknya persatuan apabila terjadi pertentangan antara golongan-golongan
dalam satu kelompok
3) Perubahan
kepribadian para individu
4) Hancurnya
harta benda dan jatuhnya korban manusia
5) Akomodasi,
dominasi, dan takluknya salah satu pihak
B.
Pemaparan
Setelah
mengemukakan konsep-konsep teori yang dijelaskan sebelumnya, selanjutnya dapat
kami paparkan sebuah contoh kasus yang berhubungan dengan interaksi sosial dan
mencoba untuk menganalisis kasus tersebut.
1.
Contoh Kasus
Contoh
kasus yang berhubungan dengan interaksi sosial yang akan disajikan ini dikutip
dari wap.vivanews.com Jum’at, 26 November 2010 pukul 17.18 WIB. Berikut ini
adalah pemaparannya:
Gara-gara
Ayam, 4 Tewas di Lampung
Empat
warga tewas dalam bentrok antar warga di Lampung yang terjadi pada Kamis, 25
November 2010. Konflik yang melibatkan warga Kampung Wirabangun, Kecamatan
Simpang Pematang, Kabupaten Mesuji, Lampung dengan Kampung Pematang Panggang,
Kabupaten Oki, Sumatera Selatan itu dilatar belakangi pencurian ayam.
Keempat
warga yang tewas adalah Sulisanto dan Hasan bin Bagus Ise yang merupakan warga
Rejobinangun, Suwarno alias Gano, dan Tumijan warga Wirabangun. Setidaknya dua
warga lain harus dirawat karena terluka.
Kapolda Lampung, Brigadir Jenderal Sulistyo Ishaq, mengatakan peristiwa itu terjadi pada pukul 16.00 WIB. Bentrok berawal saat dua orang hendak mencuri ayam di Kampung Wirabangun untuk diadu.
Kapolda Lampung, Brigadir Jenderal Sulistyo Ishaq, mengatakan peristiwa itu terjadi pada pukul 16.00 WIB. Bentrok berawal saat dua orang hendak mencuri ayam di Kampung Wirabangun untuk diadu.
Mereka
dipergoki warga Wirabangun. Karena ketahuan, para pelaku melarikan diri ke arah
PT SIP. Salah satu pelaku berinisial H dibacok warga. “Oleh warga, pelaku
dibacok dan ditemukan terkapar di kebun sawit,” kata kata Sulistyo Ishaq,
Jumat, 26 November 2010.
Sementara
itu, pelaku lain berhasil melarikan diri ke Kampung Pematang Panggang. Dia lalu
memberitahukan kejadian itu kepada keluarga H. “Sehingga masyarakat Pematang
Panggang Kabupaten Oki langsung menyerang balik warga Wirabangun,” kata Sulis.
Tak
hanya memakan korban jiwa dan luka, bentrokan itu setidaknya mengakibatkan 10
rumah rusak, 1 rumah dibakar, dan 2 sepeda motor hangus.
Sulistyo mengatakan polisi telah berhasil mengendalikan keadaan. Tak kurang, satu peleton Brimob diturunkan ke lokasi kejadian. “Tokoh masyarakat juga diberdayakan agar masyarakat saling menahan diri,” kata dia.
Sulistyo mengatakan polisi telah berhasil mengendalikan keadaan. Tak kurang, satu peleton Brimob diturunkan ke lokasi kejadian. “Tokoh masyarakat juga diberdayakan agar masyarakat saling menahan diri,” kata dia.
2.
Analisis
Contoh Kasus
Dari
contoh kasus yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat dilakukan berupa analisa-analisa
sebagai berikut :
a.
Pola Hubungan
Dapat dengan jelas
diketahui bahwa interaksi sosial yang terdapat pada contoh kasus tersebut
memiliki pola hubungan antara kelompok dengan kelompok, yaitu antara warga
Kampung Wirabangun dengan warga Kampung Pematang Panggang.
b.
Faktor Penyebab Terjadinya Interaksi Sosial
Faktor
yang menyebabkan terjadinya interaksi sosial dalam contoh kasus tersebut dapat
dianalisa sesuai dengan konsep teori yang telah dijelaskan sebelumnya, faktor
tersebut adalah berupa Faktor Sugesti (Suggestion), yaitu pada saat pelaku yang
berhasil melarikan diri ke Kampung Pematang Panggang lalu memberitahukan
kejadian tersebut.
Kepada
keluarga pelaku berinisial H yang tewas, sehingga masyarakat
Pematang
Panggang langsung menyerang balik warga Wirabangun. Dari hal tersebut dapat
dilihat adanya pengaruh yang diberikan si pelaku terhadap warga Pematang
Panggang sehingga warga menuruti begitu saja penyampaian si pelaku dan langsung
menyerang balik warga Wirabangun tanpa berpikir secara kritis dan rasional
terlebih dahulu.
c.
Bentuk-bentuk Interaksi Sosial yang Terjadi
Bentuk-bentuk
interaksi sosial yang terjadi yang terdapat dalam contoh kasus tersebut bila
dianalisa sebagian besar merupakan proses sosial yang disosiatif, namun ada
juga bagian proses sosial yang sifatnya asosiasi, antara lain adalah sebagai
berikut :
1) Proses
Disosiatif
Adanya bentuk
interaksi sosial yang berupa kontravensi (Contravention) dan Pertikaian
(Conflict), diantaranya seperti berikut :
-
Perbuatan mencuri yang dilakukan oleh si pelaku
-
Pelaku yang dibacok oleh warga saat tertangkap
melakukan pencurian
-
Penyampaian kabar yang tak sedap dari si pelaku yang
berhasil melarikan diri tentang pembunuhan terhadap pelaku yang berinisial H
kepada keluarganya
-
Puncak dari kontravensi tersebut adalah bentrokan
antara warga Pematang Panggang dengan warga Wirabangun
2) Proses
Asosiatif
Dalam
contoh kasus tersebut juga timbul proses sosial yang bersifat asosiasi,
diantaranya sebagai berikut :
-
Pengendalian keadaan oleh polisi
-
Berperannya tokoh masyarakat agar masyarakat dapat
saling menahan diri
Dari
bentuk-bentuk interaksi sosial tersebut timbul akibat-akibat buruk antara
lain :
1) Jatuhnya
korban manusia, yang tewas maupun luka-luka
2) Hancurnya
harta benda berupa rumah-rumah dan sepeda motor yang rusak
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
penjelasan-penjelasan dan pemaparan yang telah disebutkan sebelumnya dapat
diamati apabila sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai sosial yang berlaku
dalam masyarakat, interaksi sosial akan berlangsung secara baik. Sebaliknya,
apabila interaksi sosial tidak dilakukan sesuai dengan norma-norma dan
nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat maka interaksi sosial akan
berlangsung kurang baik bahkan bisa saja sangat buruk.
B.
SARAN
Dengan
membaca dan mempelajari makalah ini mudah – mudahan dapat kita petik manfaat
dan menambah ilmu serta wawsan kita. Sehingga mampu berinteraksi dengan baik
didalam masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar